Lampion toko telah nyala berjajaran di pinggir jalan. Siswa-siswa simpang siur pulang dari sekolahnya, sebagian lagi dari tempat kerja. Ada yang pegang buku menunggu kereta tiba. Ada yang pakai dasi tapi pulang mengayuh sepeda. Ada juga yang bergegas jalan kaki, sambil menundukan kepala. Tidak terlihat anak sekolah teriak ledek-ledekan sesama teman, apalagi tawuran di keramaian. Indah betul apa yang terlihat oleh mata, walau ada di pinggir kota Sendai. Nenek berdiri dari kursi goyangnya, menyalakan lampu di semua sisi rumah. Walau usia sudah menua, penglihatan sudah mulai rabun, Nenek masih kuat beraktifitas seorang diri. 'Aku bantu, ya, Nek,' niat Dalih ingin membantu. 'Sudah, sudah. Biar Nenek saja! Suami Nenek sudah lama meninggal dunia. Tinggallah Nenek bersama Haruka, cucu satu-satunya. Dia lebih memilih tinggal bersama Nenek, lantaran merasa tidak cocok dengan orang tuanya. Haruka bekerja di sebuah kafe di Kota Sendai. Setiap selesai mengikuti kuliah, Haruka