Skip to main content

Posts

Dua Ranah - Keriuhan Di Ruang Kelas

Pilih-pilih guru mengajar, jadi perangai terburuk kami sewaktu kelas 2. Jika guru lulusan pelayaran mengajar di kelas, maka kami akan mengikuti pelajaran itu dengan serius. Tapi jika guru luar seperti Bahasa Inggris dan matematika yang mengajar, ruang kelas riuh seperti bapak-bapak ngumpul ngomongin politik. Bangku bagian depan diisi oleh siswa-siswa kuper, dengan ledekan “generasi penerus bangsa” oleh Basir. Bangku bagian tengah diisi oleh siswa angin-anginan alias labil, kadang serius, kadang ikut-ikutan membuat kebisingan. Bagian belakang diisi oleh siswa yang persis seperti bapak-bapak yang sok tau politik tadi. Poto: Wan Adinarta Pojok kiri belakang, terjadi perdebatan panas antara Betril dengan Wanarta. Betril punya Bapak seorang polisi, sedangkan Wanarta punya Bapak seorang tentara. Digadang-gadang sebagai calon terkuat jadi seksi kerohanian, Betril menyibukan diri mengurusi junior di musholla. Dia membiasakan diri mengkritisi junior di setiap kegiatan rohani. Tapi

Dua Ranah - Sijahil Berganti Nama

Bermacam cara telah dilakukan guru-guru untuk menghentikan kekerasan. Tetapi bermacam cara pula akal-akalan senior baru untuk bisa merasakan indahnya jadi penguasa asrama. Foto: Satria Yuda Guru-guru pengurus bagian kesiswaan, terus mengupayakan ketentraman untuk anak didiknya. Perlahan namun pasti, kekerasan senior terhadap junior sudah mulai menyusut. Kekerasan terjadi hanya jika kesalahan junior dianggap sudah berlebihan. Namun ulah jahil senior terhadap junior, masih sulit untuk dicegah. Wajah kami yang dulu polos, seolah-olah tanpa dosa, bahkan seperti muka-muka tengkorak hidup sewaktu kelas 1, mulai memperlihatkan ulah jahil masing-masing. Karena kami sudah berganti posisi dari junior menjadi senior baru, yakni siswa kelas 2. Berhubung kelas 3 melaksanakan prakter pelayaran selama tiga bulan di beberapa wilayah Jawa, kami jadikan satu kesempatan untuk memperkenalkan wewenang kesenioran kami kepada siswa-siswa yang baru masuk. Over acting, ingin dikenal lebih oleh junior, ber

Dua Ranah - Cinta Ala Asrama 1

Cintanya telah merekah ke langit jingga, keyakinan berjodoh dengan orang yang dia pilih telah terjalin sejak lama, namun untuk restu lain hati, butuh perjuangan teramat luar biasa. Yakni, restu kedua orang tua. Memang, menyatukan dua jiwa yang bertikai, sudah cukup untuk menjalin hubungan apa yang disebut dengan Cinta, tapi tidak dengan pernikahan. Karena masih ada hati lain yang mesti terlibat untuk bisa sampai ke jenjang itu. Hakikatnya, bila cinta sudah dirasa, perbedaan budaya bukanlah alasan untuk mengakhiri, status sosial bukan halangan untuk tidak bisa bersama, atau, daya tarik orang ketiga bukanlah hadangan untuk tidak bisa setia, Tapi, bagaimana dengan perjodohan orang tua? Ingin kutanya hal ini kepada Bang Indra, senior dua tingkat di atasku semasa belajar di asrama pelayaran. Dia punya kisah romantika. Kuingin hubungan mereka tidak kandas di tengah jalan, walau terkadang jarak sering memisahkan. Bang Indra, dia adalah sosok senior yang sangat disegani di sekolahku. Tidak han

Dua Ranah - Sepucuk Kertas Arifin Dalimunte

Sebenarnya setiap kami bebas punya mimpi. Tapi tidak semua kami mendapatkan ketenangan atas apa yang kami cita-citakan. Merajut asa tidak hanya sekedar asa biasa, menata mimpi tidak hanya sekedar mimpi biasa, tetapi membangun perjuangan di balik kerasnya kehidupan. Kami tidak bisa memilih kehendak, dimana hal serupa tidak terjadi pada segelintiran anak-anak negeri lainnya. Kami siap hidup di alam samudera, ketika orang-orang lebih memilih daratan, di dalam meniti karir. Masa menjadi junior di sekolah pelayaran adalah masa yang sangat sulit. Tantangan yang dihadapi tidak hanya tantangan melawan rasa takut akan bayang-bayang senior. Tetapi bagaimana melawan diri sendiri yang adakalanya berpikiran untuk berhenti dari sekolah. Mental dan nyali kami benar-benar diuji. Sebagai senior yang baik, mestinya melakukan pendekatan yang lebih baik dan bermanfaat, bergaul dengan kami. Mungkin akan sedikit membantu kami menghilangkan semua ketegangan yang terasa. Hanya cara seperti itu kami lebih bisa