Skip to main content

Dua Ranah - Cinta Berawal di Tembok Asmara, Berakhir Di Tiang Bendera

Bukanlah cerita Siti Nurbaya yang diambang ketakutan tentang perjodohannya dengan Datuk Maringgi. Cerita yang melegenda karena dilema antara kemauan orang tua dengan pilihan hati.

Ini hanyalah cerita cinta iseng semata untuk menghindari label pria dan wanita tidak laku di usia yang masih muda. Konsekuensi yang selalu terjadi di asrama akan jadi cemoohan apabila tidak sanggup mendapatkan pria atau wanita yang pernah jadi incaran.

Sering gagal menundukkan hati Winda, bukanlah akhir dari petualangan cinta Ajo. Sudah sebulan lebih, dengan berulang kali, Ajo mencoba peruntungan isengnya untuk menembak Winda, teman sekelas yang juga sering putus nyambung dengan teman yang lain bernama Banawi.

‘Win, kamu udah putus sama Banawi, kan? Gimana kalau kita jadian, sajo?

‘Hmm,’ Winda pikir-pikir.

‘Sudahlah Win, jemuran sajo dibiarkan berlama-lama bisa hilang, apolagi perasaan, asyik,’ Ajo mengancam sambil manggut-manggut.

Jika cinta diawali dengan keisengan semata, maka hubungan itu berlaku hanya di kawasan asrama saja. Di luar, Up to youlah! Tak ada yang merasa keberatan jika pasangan mereka memiliki pacar lain di luar asrama. Yang penting saling menghargai satu sama lain, dan tidak umbar kemesraan ketika berpapasan.

Winda tipe perempuan yang blak-blakan, cengar-cengir dia menjawab.

‘Aku ndak suka kamu. Aku sukanya sama Banawi. Dia lebih panjang.’

Ajo kaget, ‘Lah, panjang aponyo?’ tanya Ajo.

‘Maksudku, panjang badannyo,’ kata Winda, dan dia melanjutkan penjelasannya sambil menghitung-hitung kelebihan Banawi.

'Banawi itu lebih tinggi, putih, ganteng, kalem. Ndak kayak kamu.'

Sejenak percakapan mereka terhenti, Banawi nongol di hadapan mereka dengan berwajah kalem yang sedang dibalut selempang perwira jaga. Spontan Winda memanggil Banawi.

‘Banawiiiii, pacaran, yukk!’

‘Udahh, pacaran dulu sama Ajo. Nanti kalau sudah putus, kabari sajo!’ jawab Banawi tanpa menoleh Winda sedikit pun juga.

‘Ookeeee,’ sahut Winda datar.

Banawi telah menolak Winda, Ajo senang bukan kepalang. Saat itu juga mereka langsung jadian, dan mulai pegang-pegangan tangan di tembok asmara.

‘Kamu kenapo suka aku?’ tanya Winda.

‘Cantik,’ jawab Ajo.

‘Hmmm, kalau kekurangan aku, apo?’ tanya Winda lagi.

‘Agak bulat,’ jawab Ajo.

‘Iiiiiih, kamu gitu,’ Jawab Winda.

‘Kalau kamu, kenapo suka sama aku?’ tanya Ajo.

‘Kenapo, yo? Padahal, kulihat kamu ndak ada bagus-bagusnyo,’ kata Winda.

‘Kalau gitu, berarti aku banyak kurangnyo, dong?’ tanya Ajo.

‘Ya elaaaaa, semua orang juga tau siapo kamu, Jo. Angin berembus di ngulang-ngulang. Badan kurus tinggal tulang. Haaaa.'

‘Yang benar, dong!’ kata Ajo, dan dia mencubit pipi Winda, ‘Tak cium, ntar,’ kata Ajo.

‘Ku jitak palamu,’ kata Winda.

Tak sadar bercanda gurau sampai jam 11.00 malam, Pak Qodir, guru piket malam itu mempergoti drama pacaran iseng mereka. Dengan suara sedikit mendengung ke hidung, Pak Qodir menegur di belakang mereka.

‘Khalian ghak tau haturan? Apa ghak mahu dihatur?’

Mereka berdua hanya bisa terdiam, tidak tahu apa yang mesti mereka jawab. Karena sebelum jam 11.00 malam, seluruh siswa dan siswi diwajibkan masuk ke asrama masing-masing, dan tidak diizinkan lagi keluyuran di luar asrama.

Keluyuran di luar asrama, berarti melanggar aturan yang ditetapkan pihak sekolah. Berani berbuat, harus berani menanggung konsekwensi yang ada.

Kedua insan yang sedang dilanda cinta iseng ala asrama itu, menerima hukuman dari Pak Qodir, diborgol berpasangan di tiang bendera, hingga tengah malam.

Mereka saling tuduh dan menyalahkan di tiang bendera. Winda bilang, ‘Ini gara-gara kamu. Ngajak ngobrol malam-malam, kayak ndak ado waktu lain sajo.’

Ajo menjawab, ‘Yo, ndak lah. Kamu yang salah, mikirnyo kelamaan. Coba dari awal kamu terima aku, ndak gini jadinyo, kan?’

Winda tak terima disalahkan, ‘Pokoknya kamu yang salah, udah jelek, kurus tinggal tulang, bawa sial lagi. Trus…,’

‘La la la lah, kenapo bawa-bawa kurus?’ Ajo langsung memotong penghinaan Winda, dan menegaskan, ‘Kamu yang salah.’

‘Kamu.’

‘Kamu.’

‘Kamu.’

‘Kamu.’

‘Putussssssss! Kamu pembawa sial,’ teriak Winda.

Sial nasib Ajo. Kencan berawal dari tembok asmara, empat jam kemudian harus berakhir di tiang bendera. Dan lebih menyedihkan lagi, Winda langsung berpindah ke lain hati, yang tak lain dan tak bukan adalah teman sendiri, Banawi.

Dari lorong asrama, teman-teman sudah menunggu kehadiran Ajo, mempersiapkan surprise untuk dia. Sampai di lorong asrama, Ajo yang biasanya dieluk-elukan atas kemampuannya melakukan sesuatu, bukannya menerima ucapan selamat dari teman-teman, malah menerima ledekan dengan cara meniru tertawa dia yang keras dan panjang.

‘Ayaiyaiyayaiyaie. Hahaaaaaaa,’

Hingga seisi asrama pun tahu ketika dia menerima balasan ledekan tawa dari yang lain.

Cinta berawal dari keisengan semata, maka hubungan itu tidak pernah bertahan lama. Hubungan berakhir hari ini, esok sudah pasti akan ada penggantinya. Pagar makan tanaman kerap terjadi. Dan siswi harus siap disebut "Si Piala Bergilir".




Bersambung
(+Potongan)

Bila ada kesamaan tokoh dan tempat, itu hanya kebetulan saja😁 


Doni Romiza

Popular posts from this blog

Rotan Itu Hanya Melengkung, Bukan Patah! |Adosinfo

By: DR Taktik dan siasat tidak hanya berlaku dalam politik. Tapi juga dalam hal lainnya, termasuk dalam dunia usaha, yang menggunakan bermacam cara untuk mencari keuntungan lebih. Itu hal positif selama dilakukan dengan cara yang positif pula. Tapi apa jadinya jika siasat itu dilakukan dengan cara yang tidak transfaran, penuh kecurangan. Mungkin gelagat pecundang bisa tak terlihat saat kebohongan ia lakukan. Nyalinya tak gemetaran ketika ada sesuatu hal yang diperdebatkan. Tapi bagi seorang pemenang, harus mampu membaca arah siasat buruk itu, untuk menyiapkan siasat lainnya, agar tidak merasa dirugikan. Tak perlu berargumen panjang lebar untuk menguji sebuah kebenaran. Tak perlu menggunakan kedua tangan untuk meruntuhkan kokohnya sebuah komitmen, selama hal itu masih berlaku untuk hal-hal yang positif. Satu hal yang perlu difahami: Rotan itu hanya melengkung, bukan patah!! Hanya kelapukkan yang bisa mematahkan rotan. Tunggulah rotan itu lapuk pada waktunya.

Hiduplah Seperti Kereta Berjalan | Adosinfo

Hidup akan terus berjalan, tapi banyak hal yang perlu kita ketahui bagaimana mestinya menjalani hidup semestinya? Karena yang namanya hidup tidak lepas dari ujian ataupun cobaan. Walau adakalanya hidup menerima puja dan pujian, hidup tidak lepas dari caci dan hinaan. Bergantung atas apa yang telah kita perbuat di muka bumi ini, dan bergantung bagaimana sudut pandang orang-orang yang menilai kita.  Ya… begitulah hidup, tidak semua keinginan mampu kita wujudkan, lantaran hidup ini akan ada liku dan jalan terjal. Hidup butuh inspirasi dan motivasi untuk meraih sesuatu. Tapi hidup ini terlalu terbalut angan bila hanya terinspirasi oleh kisah kesuksesan seseorang, atau termotivasi oleh omongan seseorang yang memang ahlinya sebagai motivator ulung, yang mampu merangkai kata demi kata. Kita mesti bijak menyikapi sebuah inspirasi dan motivasi. Karena cerita orang sukses akan tetap jadi cerita yang menggiurkan, bila memang mereka mampu meraih kesuksesan dalam hidup mereka. Tapi bila mere

6 Alasan Yang Membuat Anak SUPM Layak Jadi Pemimpin

Secara konstitusional maupun nonkonstitusional,  politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan. Tak sedikit di antara mereka yang haus akan kekuasaan, berlomba-lomba untuk bisa jadi pemimpin. Tak peduli asalnya dari mana, tak penting latar belakangnya apa. Karena syarat jadi calon penguasa tidak pernah mempertanyakan asalnya dari mana? Kuliah lulusan apa? Atau wawasannya apa saja? Yang penting bisa jadi penguasa, apapun caranya itu. 'Ehem.' Bermacam sudut pandang mengatakan, bahwa untuk jadi seorang pemimpin tentunya diperlukan wawasan yang luas, ulet, kompeten, bertanggung jawab, plus dukungan penuh oleh orang-orang yang akan dipimpin.  Itu bukanlah perkara yang mudah. Banyak terjadi di dunia perpolitikan, pemimpin-pemimpin yang hadir, jauh dari apa yang kita harapkan, seringkali kacang lupa dengan kulitnya. Berbeda jauh dengan anak-anak SUPM, yang tetap ingat dan mengayomi bawahannya, meski jarak umur berpuluh tahun sekalipun. Ya sudahlah! Dunia po