Skip to main content

Hiduplah Seperti Kereta Berjalan | Adosinfo

Hidup akan terus berjalan, tapi banyak hal yang perlu kita ketahui bagaimana mestinya menjalani hidup semestinya? Karena yang namanya hidup tidak lepas dari ujian ataupun cobaan. Walau adakalanya hidup menerima puja dan pujian, hidup tidak lepas dari caci dan hinaan. Bergantung atas apa yang telah kita perbuat di muka bumi ini, dan bergantung bagaimana sudut pandang orang-orang yang menilai kita. 

Ya… begitulah hidup, tidak semua keinginan mampu kita wujudkan, lantaran hidup ini akan ada liku dan jalan terjal.

Hidup butuh inspirasi dan motivasi untuk meraih sesuatu. Tapi hidup ini terlalu terbalut angan bila hanya terinspirasi oleh kisah kesuksesan seseorang, atau termotivasi oleh omongan seseorang yang memang ahlinya sebagai motivator ulung, yang mampu merangkai kata demi kata.

Kita mesti bijak menyikapi sebuah inspirasi dan motivasi. Karena cerita orang sukses akan tetap jadi cerita yang menggiurkan, bila memang mereka mampu meraih kesuksesan dalam hidup mereka. Tapi bila mereka tidak termasuk daftar orang-orang sukses yang dimaksud, nama mereka tidak lebih hanyalah termasuk daftar warga negara setempat di kantor kelurahan.

Begitu juga dengan sebuah motivasi, kita hanya akan mendengar motivasi dari orang-orang tertentu saja. Motivasi itu tidak berlaku bila yang menyampaikan orang-orang yang dianggap bodoh atau tidak berpendidikan dan hidup bergelut kemiskinann, padahal belum tentu apa yang merekan sampaikan itu salah.

Tak dipungkiri, hidup butuh yang namanya inspirasi dan motivasi. Tapi ada hal yang lebih penting dari kedua hal tersebut, yaitu “cerminan hidup.” Cerminan, berasal dari kata cermin.

Kenapa cermin?

Karena bila seseorang tidak menemukan cermin/cerminan hidup, maka seseorang tak akan memiliki kepercayaan penuh berjalan menuju tujuan hidupnya. Misal, seseorang dipanggil untuk datang wawancara di sebuah perusahaan, tapi tidak menemukan cermin sebelum menghadapi wawancara itu, maka sesorang itu tidak memiliki cerminan akan berhasil untuk menghadapi undangan wawancara itu.

Alasannya sederhana: seseorang merasa rambutnya tidak tersisir rapi bila ia merasa ada yang menarik di rambut yang ia miliki, dan ia merasa tidak percaya diri sebelum beehadapan dengan kaca.

Tapi bicara tentang ceminan hidup, saya sangat tertarik dengan sebuah “kereta yang sedang berjalan. Entah ada kaitannya dengan hidup yang kita jalani entah tidak, yang jelas saya sangat ingin mengaitkannya dengan hidup kita.

Pernah suatu ketika saya merasa hidup ini tak adil: apa yang saya inginkan sangat sulit untuk didapatkan, apa yang saya miliki hilang begitu saja, apa yang telah saya raih terasa sulit untuk dipertahankan, dan hidup pun masih jauh dari kata sukses.

Berbulan-bulan lamanya saya mimikirkan hal itu. Terselip beribu tanya dalam hati, ‘Mengapa hidup saya begini?’ Dibawa makan pikiran tak karuan, dalam tidur pun terasa ada yang mengganjal. Nonton tv di rumah bĂȘte-an, nonton bioskop kantong pun pas-pasan.







Akhirnya saya memilih untuk nongkrong di sebuah halte bus, yang tidak terlalu jauh dari rel kereta. Di samping saya duduk seorang Bapak yang sudah lanjut usia. Mata si Bapak sesekali melirik ke arah saya, seakan-akan mau menyapa. Di waktu bersamaan, saya memperhatikan puluhan bahkan ratusan orang-orang berjalan kaki. Mereka sibuk dengan aktifitas yang akan mereka jalani. Sepertinya mereka melalui hidup ini biasa-biasa saja, seolah-olah tidak punya beban hidup. Benar atau tidak hanya merekalah yang tahu, dan saya berpikiran ingin seperti mereka. Tapi apa mungkin mereka tidak punya beban hidup?

Tiba-tiba si Bapak yang sudah lanjut usia menyapa saya dalam lamunan, 

'Mikir apa, Nak?' tanya sibapak.
'Ahh, ga ada, Pak.'

Di hati sempat saya menduga-duga, 'Bapak ini psikolog atau cuma dukun jalanan?' 

Dengan setengah tidak memperdulikan keberadaan si Bapak yang ada di samping saya, tiba-tiba datang sebuah kereta api melaju dengan cepat. Mata saya tertuju ke kerata yang sedang melaju kencang itu, dan si Bapak kembali mengatakan sesuatu kepada saya,

'Jalanilah hidup seperti kereta itu.'

Sipintas lalu Bapak pergi meninggalkan saya, tanpa memberikan penjelasan yang bisa membuat saya mengerti. 

Cukup lama saya kepikiran akan kata-kata si Bapak. Saya tanya dari satu teman-ke teman yang lainnya, sebagian dari mereka cuma punya jawaban, "Lu, ketemu orang gila kali." Dan jawaban mereka selalu di akhiri dengan tawa terbahak-bahak.

Setelah lama dibelut rasa penasaran, jawaban itu saya temukan jua di suatu malam, dan saya berkata, 'Ya... saya harus hidup seperti kereta berjalan.'

Andai teman-teman saya mendengar, mungkin mereka akan mengatakan saya sudah ikut-ikutan gila.

Karena akan terlihat aneh, yang jelas, laju sebuah kereta yang kencang mampu membuat saya tersenyum, mampu membuat saya berangan-angan, bila hidup saya jalani seperti kereta, saya yakin bahwa saya akan mampu mewujudkan apa yang saya inginkan.

‘Kenapa?’

  • Karena saya melihat, kereta adalah satu-satunya  alat transportasi umun yang mampu membawa banyak orang menjalankan aktifitasnya.
  • Ketika memulai perjalanan, kereta berjalan dengan perlahan, kemudian melaju dengan kencang, dan tak pernah berpikir apapun hadangan yang melintang, dan kereta tetap berjalan menuju tujuannya.
  • Dan yang lebih menarik lagi, untuk bisa sampai pada tujuannya, kereta berjalan sesuai rel atau jalurnya, hingga menyelamatkan banyak orang.
  • Ketika ada seseorang yang sengaja atau tidak sengaja menghalangi, maka berakibat buruklah buat seseorang itu.

Ya… saya ingin hidup ini seperti kereta berjalan:


  • Membantu banyak orang
  • Berhati-hati ketika memulai perjalanan hidup, pantang menyerah apapun rintangan menghadang.
  • Berjalan sesuai jalur hidup, berjalan sesuai kodrat yang sudah ditetapkan Tuhan, dan tidak tertarik dengan jalan yang lainnya, jalan yang bisa menjerumuskan kita ke limbah kehancuran.
  • Ketika ada rintangan yang menghadang, entah itu rintangan berupa caci dan hinaan, rintangan kata-kata pesimistis, rintangan dari orang-orang yang ingin mencelakakan kita, Insya Allah Tuhan tak tinggal diam. Mereka akan menerima balasan sesuai takaran dosa dan perbuatannya.

Inilah analisa saya tentang hidup seperti  kereta berjalan. Tapi sayang, saya tidak pernah bertemu lagi dengan Bapak yang sudah lanjut usia itu. Andai ada kesempatan kembali bertemu, saya ingin bercengkrama tentang hidup ini lebih dekat lagi.



Popular posts from this blog

Rotan Itu Hanya Melengkung, Bukan Patah! |Adosinfo

By: DR Taktik dan siasat tidak hanya berlaku dalam politik. Tapi juga dalam hal lainnya, termasuk dalam dunia usaha, yang menggunakan bermacam cara untuk mencari keuntungan lebih. Itu hal positif selama dilakukan dengan cara yang positif pula. Tapi apa jadinya jika siasat itu dilakukan dengan cara yang tidak transfaran, penuh kecurangan. Mungkin gelagat pecundang bisa tak terlihat saat kebohongan ia lakukan. Nyalinya tak gemetaran ketika ada sesuatu hal yang diperdebatkan. Tapi bagi seorang pemenang, harus mampu membaca arah siasat buruk itu, untuk menyiapkan siasat lainnya, agar tidak merasa dirugikan. Tak perlu berargumen panjang lebar untuk menguji sebuah kebenaran. Tak perlu menggunakan kedua tangan untuk meruntuhkan kokohnya sebuah komitmen, selama hal itu masih berlaku untuk hal-hal yang positif. Satu hal yang perlu difahami: Rotan itu hanya melengkung, bukan patah!! Hanya kelapukkan yang bisa mematahkan rotan. Tunggulah rotan itu lapuk pada waktunya.

6 Alasan Yang Membuat Anak SUPM Layak Jadi Pemimpin

Secara konstitusional maupun nonkonstitusional,  politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan. Tak sedikit di antara mereka yang haus akan kekuasaan, berlomba-lomba untuk bisa jadi pemimpin. Tak peduli asalnya dari mana, tak penting latar belakangnya apa. Karena syarat jadi calon penguasa tidak pernah mempertanyakan asalnya dari mana? Kuliah lulusan apa? Atau wawasannya apa saja? Yang penting bisa jadi penguasa, apapun caranya itu. 'Ehem.' Bermacam sudut pandang mengatakan, bahwa untuk jadi seorang pemimpin tentunya diperlukan wawasan yang luas, ulet, kompeten, bertanggung jawab, plus dukungan penuh oleh orang-orang yang akan dipimpin.  Itu bukanlah perkara yang mudah. Banyak terjadi di dunia perpolitikan, pemimpin-pemimpin yang hadir, jauh dari apa yang kita harapkan, seringkali kacang lupa dengan kulitnya. Berbeda jauh dengan anak-anak SUPM, yang tetap ingat dan mengayomi bawahannya, meski jarak umur berpuluh tahun sekalipun. Ya sudahlah! Dunia po