Banyaknya jumlah siswa di asrama, tidak sebanding dengan jumlah siswi yang sedikit, 90% berbanding 10% saja.
Sulit menemukan siswi-siswi berstatus jomblo. Siswa yang mampu mengajak kencan siswi asrama, hanyalah siswa-siswa yang dianggap kategori macho.
Tembok pembatas antara asrama siswa dan asrama siswi, dijadikan sebagai tempat mengungkapkan maksud hati untuk si dia.
Kami menamakan tembok pembatas itu adalah “TEMBOK ASMARA”.
Karena di tembok pembatas itulah segala urusan cinta disampaikan: Nembak siswi, bercengkrama, mengakhiri hubungan, hingga CLBK.
Cinta terpaksa, cinta iseng semata, cinta sebenar cinta, kerap mewarnai cinta ala asrama.
Tak ingin menjomblo berlama-lama, Atul berusaha bergagah diri. Asmara di hati sudah melanda, untuk si adik kelas benama Ningsih.
Tak difahami, cinta apa yang dirasa Atul?
Sudah sering cinta diungkapkan, berulang kali jawaban Ningsing dinanti Atul. Tapi malang cinta di hati, jawaban Ningsing tetap sama.
'Berkawan sajolah kita, Bang!'
Apa yang diinginkan Atul tidak pernah berbalas, rasa penasaran tak kunjung mendapat jawaban. Bermacam tanya datang menghampiri.
'Apo aden Kurang macho?'
Kaca bercermin di dinding asrama, dia pindahkan ke kamar dia. Rambut tersisir dengan rapi, walau panjang tak seberapa. Baju dan celana distrika lancip, walau belum kering di jemuran. Sepatu disemir berulang-ulang, walau kaus kaki milik teman.
Atul keluar dari kamarnya. Merasa diri terlihat macho. Dia tunggu pujaan hati di tembok asmara, kembali meminta penjelasan.
Ningsih datang menghapiri Atul. Serasa memberi sebuah harapan. Hati Atul berdebar kencang, yakin cintanya akan berbalas. Tapi.
Tak sempat bicara sepatah kata pun juga, Ningsih lebih dulu memotong pembicaraan.
'Berkawan sajolah kita, Bang!'
Ningsih pergi meninggalkan Atul. Atul pun pergi meninggalkan tembok asmara. Biasanya cintalah yang tak beralasan. Apa jadinya jika cinta ditolak yang tak beralasan?
Hati Atul sakit bukan main, bagai tertusuk paku karatan.
'Kurang apo lagi?"
Merasa tak dihargai, merasa cintanya tak dianggap, ya sudah, cinta senior ditolak, bukan dukun yang bertindak.
Atul gencar cari-cari kesalahan junior, teman-teman sekelas Ningsih. Si junior telat belajar malam, diharuskan lari keliling lapangan, si junior menerima bermacam gertakan, berharap Ningsih mau mengerti dengan hal itu. Tapi usaha Atul tetap sia-sia.
'Berkawan sajolah kita, Bang!'
Sudah 15 tahun waktu berjalan, misteri cinta ditolak yang tak beralasan itu belum juga terpecahkan. Ada apa di pikiran Ningsih?
Bersambung
(+Potongan)
Bila ada kesamaan tokoh dan tempat, itu hanya kebetulan saja😁
Doni Romiza
Sulit menemukan siswi-siswi berstatus jomblo. Siswa yang mampu mengajak kencan siswi asrama, hanyalah siswa-siswa yang dianggap kategori macho.
Tembok pembatas antara asrama siswa dan asrama siswi, dijadikan sebagai tempat mengungkapkan maksud hati untuk si dia.
Kami menamakan tembok pembatas itu adalah “TEMBOK ASMARA”.
Karena di tembok pembatas itulah segala urusan cinta disampaikan: Nembak siswi, bercengkrama, mengakhiri hubungan, hingga CLBK.
Cinta terpaksa, cinta iseng semata, cinta sebenar cinta, kerap mewarnai cinta ala asrama.
Poto: Jumratul |
Tak ingin menjomblo berlama-lama, Atul berusaha bergagah diri. Asmara di hati sudah melanda, untuk si adik kelas benama Ningsih.
Tak difahami, cinta apa yang dirasa Atul?
Sudah sering cinta diungkapkan, berulang kali jawaban Ningsing dinanti Atul. Tapi malang cinta di hati, jawaban Ningsing tetap sama.
'Berkawan sajolah kita, Bang!'
Apa yang diinginkan Atul tidak pernah berbalas, rasa penasaran tak kunjung mendapat jawaban. Bermacam tanya datang menghampiri.
'Apo aden Kurang macho?'
Kaca bercermin di dinding asrama, dia pindahkan ke kamar dia. Rambut tersisir dengan rapi, walau panjang tak seberapa. Baju dan celana distrika lancip, walau belum kering di jemuran. Sepatu disemir berulang-ulang, walau kaus kaki milik teman.
Atul keluar dari kamarnya. Merasa diri terlihat macho. Dia tunggu pujaan hati di tembok asmara, kembali meminta penjelasan.
Ningsih datang menghapiri Atul. Serasa memberi sebuah harapan. Hati Atul berdebar kencang, yakin cintanya akan berbalas. Tapi.
Tak sempat bicara sepatah kata pun juga, Ningsih lebih dulu memotong pembicaraan.
'Berkawan sajolah kita, Bang!'
Ningsih pergi meninggalkan Atul. Atul pun pergi meninggalkan tembok asmara. Biasanya cintalah yang tak beralasan. Apa jadinya jika cinta ditolak yang tak beralasan?
Hati Atul sakit bukan main, bagai tertusuk paku karatan.
'Kurang apo lagi?"
Merasa tak dihargai, merasa cintanya tak dianggap, ya sudah, cinta senior ditolak, bukan dukun yang bertindak.
Atul gencar cari-cari kesalahan junior, teman-teman sekelas Ningsih. Si junior telat belajar malam, diharuskan lari keliling lapangan, si junior menerima bermacam gertakan, berharap Ningsih mau mengerti dengan hal itu. Tapi usaha Atul tetap sia-sia.
'Berkawan sajolah kita, Bang!'
Sudah 15 tahun waktu berjalan, misteri cinta ditolak yang tak beralasan itu belum juga terpecahkan. Ada apa di pikiran Ningsih?
Bersambung
(+Potongan)
Bila ada kesamaan tokoh dan tempat, itu hanya kebetulan saja😁
Doni Romiza