Tua, Sakit, dan, Kematian adalah sesuatu yang pasti di dunia ini. Tapi seringkali kita lupa dengan tiga hal dalam hidup yang tidak akan pernah kembali lagi, yaitu Waktu, Kata-kata, dan Kesempatan.
Sembilan bulan Ibu menjaga kita dari rahimnya. Sembilan bulan itu juga Ibu menjalankan hari-hari yang tanpa lelah, agar kesehatan cabang bayi selalu terjaga.
Memasuki kehamilan yang semakin tua, perasaan Ibu harap-harap cemas menunggu kelahiran sibuah hati.
‘Normal kah? Operasi kah?’
Hingga kita yang dinanti terlahir ke dunia, dimandikan dan dibalut kain bedong. Ibu memanggil Bapak untuk segera mengazankan, agar suara yang pertama kali didengar oleh kita adalah kalimat takbir yang menggambarkan Keagungan Tuhan.
Tahun pertama adalah masa sulit bagi Ibu. Menyusui sambil mendiamkan kita dari tangisan karena gigitan nyamuk. Kadang Ibu berdebat dengan Bapak yang tidak mau mengganti popok yang sudah basah. Sampai kita bisa bicara yang terlebih dulu memanggil “Ibu”.
Satu tahun perjuangan Ibu sangat luar biasa. Anak menangis, Bapak pulang dari kerja, makan pun mesti disediakan. Bapak yang mengerti, mungkin akan pergi mencari makanan ke dapur sendirian. Tapi bagaimana dengan yang tidak?
Kita yang kecil penuh ceria belajar jalan. Walau terjatuh dan bangun lagi, walau tergopoh-gopoh, dan tak kenal kata jera. Kecerian kita saat itu, jadi pelipur lara bagi seorang Ibu yang tak pernah letih dengan kewajibannya.
Kita yang manja semakin tumbuh, sudah mulai punya banyak keinginan. Kadang minta dibelikan mainan mobil, minta dibelikan gunting kecil, ingin bantu Bapak merapikan bunga di halaman rumah. Ibu tersayang selalu menurutinya.
Kita yang manja diminta Ibu belajar ngaji. Tapi minta dulu dibelikan kopiah haji seperti teman-teman yang lain, Ibu juga menurutinnya.
Pergi ke sekolah, minta jajan dari Ibu, minta diantarkan oleh Ibu. Terselip harapan di wajah Ibu, semoga buah hati belahan jantungnya, kelak bisa jadi anak yang membanggakan, walau tak bisa berharap bisa membalas jasa.
Kita yang manja mulai gelisah. Minta dibuatkan gambar gunung, minta dibuatkan gambar sawah, PR dari Bu Guru harus dikerjakan, dan Ibu selalu ada untuk membantu.
Kita yang dulu kecil jadi remaja. Memulai mimpi yang mesti ditata. Ibu terkasih merestuinya. Tapi malang bagi Ibu. Setelah kita diwisuda, bekerja jauh dari kampung halaman, tempat kita dibesarkan, hingga menikah dengan orang tercinta, sering Ibu terabaikan.
Jangankan untuk berkirim uang, atau menemini di hari tuanya, memberi kabarpun kita masih enggan.
Ibu mana yang tak sedih hatinya? Ibu mana yang tak bercucuran air matanya, lantaran rindu hatinya untuk kita?
Dua puluh tahun Ibu menghabiskan waktu dan menaruh harapan kepada kita, tapi seumur hidup, kita sering lupa dengan perjuangannya.
Langkah, rezeki, pertemuan, maut: benar, semua adalah kuasa Tuhan. Tapi haruskah kain bedong dibalas dengan kain kafan?
‘Na'uzubillah!.'
Doni Romza
-----------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------
RUMAH DIJUAL- PADANG
Sisa 25 unit dari 63 Unit
Harga mulai 400 an
Fasilitas:
CCTV
Kabel dalam Tanah
TV Kabel
Untuk konsumen pertama dari 25 unit tersisa:
Beli Cas: dua Tiket to Hongkong
Beli kredit: Satu tiket to Hongkong
Lokasi: Air Dingin-Padang
Pembangunan berikutnya:
-Marapalam 25 Unit
-Siteba 74 Unit
-Kayu Kalek 450 unit
-Ampang 5 Unit
-By Pass 15 unit
Wa 085319099248
Jual Rumah Kota Padang
Dengan 2 pilihan desain eksklusif
Termurah Sekota Padang
Harga 360 juta
Tipe 60/150 M2
Lokasi: Per PGRI belimbing-Padang
Wa 085319099248
----------------------------------------------------
Pesan Beras Siap Antar-Padang
Wa :082385441899
Bisa juga Daftar Jadi Agen!
Sembilan bulan Ibu menjaga kita dari rahimnya. Sembilan bulan itu juga Ibu menjalankan hari-hari yang tanpa lelah, agar kesehatan cabang bayi selalu terjaga.
Memasuki kehamilan yang semakin tua, perasaan Ibu harap-harap cemas menunggu kelahiran sibuah hati.
‘Normal kah? Operasi kah?’
Hingga kita yang dinanti terlahir ke dunia, dimandikan dan dibalut kain bedong. Ibu memanggil Bapak untuk segera mengazankan, agar suara yang pertama kali didengar oleh kita adalah kalimat takbir yang menggambarkan Keagungan Tuhan.
Tahun pertama adalah masa sulit bagi Ibu. Menyusui sambil mendiamkan kita dari tangisan karena gigitan nyamuk. Kadang Ibu berdebat dengan Bapak yang tidak mau mengganti popok yang sudah basah. Sampai kita bisa bicara yang terlebih dulu memanggil “Ibu”.
Satu tahun perjuangan Ibu sangat luar biasa. Anak menangis, Bapak pulang dari kerja, makan pun mesti disediakan. Bapak yang mengerti, mungkin akan pergi mencari makanan ke dapur sendirian. Tapi bagaimana dengan yang tidak?
Kita yang kecil penuh ceria belajar jalan. Walau terjatuh dan bangun lagi, walau tergopoh-gopoh, dan tak kenal kata jera. Kecerian kita saat itu, jadi pelipur lara bagi seorang Ibu yang tak pernah letih dengan kewajibannya.
Kita yang manja semakin tumbuh, sudah mulai punya banyak keinginan. Kadang minta dibelikan mainan mobil, minta dibelikan gunting kecil, ingin bantu Bapak merapikan bunga di halaman rumah. Ibu tersayang selalu menurutinya.
Kita yang manja diminta Ibu belajar ngaji. Tapi minta dulu dibelikan kopiah haji seperti teman-teman yang lain, Ibu juga menurutinnya.
Pergi ke sekolah, minta jajan dari Ibu, minta diantarkan oleh Ibu. Terselip harapan di wajah Ibu, semoga buah hati belahan jantungnya, kelak bisa jadi anak yang membanggakan, walau tak bisa berharap bisa membalas jasa.
Kita yang manja mulai gelisah. Minta dibuatkan gambar gunung, minta dibuatkan gambar sawah, PR dari Bu Guru harus dikerjakan, dan Ibu selalu ada untuk membantu.
Kita yang dulu kecil jadi remaja. Memulai mimpi yang mesti ditata. Ibu terkasih merestuinya. Tapi malang bagi Ibu. Setelah kita diwisuda, bekerja jauh dari kampung halaman, tempat kita dibesarkan, hingga menikah dengan orang tercinta, sering Ibu terabaikan.
Jangankan untuk berkirim uang, atau menemini di hari tuanya, memberi kabarpun kita masih enggan.
Ibu mana yang tak sedih hatinya? Ibu mana yang tak bercucuran air matanya, lantaran rindu hatinya untuk kita?
Dua puluh tahun Ibu menghabiskan waktu dan menaruh harapan kepada kita, tapi seumur hidup, kita sering lupa dengan perjuangannya.
Langkah, rezeki, pertemuan, maut: benar, semua adalah kuasa Tuhan. Tapi haruskah kain bedong dibalas dengan kain kafan?
‘Na'uzubillah!.'
Doni Romza
-----------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------
RUMAH DIJUAL- PADANG
Sisa 25 unit dari 63 Unit
Harga mulai 400 an
Fasilitas:
CCTV
Kabel dalam Tanah
TV Kabel
Untuk konsumen pertama dari 25 unit tersisa:
Beli Cas: dua Tiket to Hongkong
Beli kredit: Satu tiket to Hongkong
Lokasi: Air Dingin-Padang
Pembangunan berikutnya:
-Marapalam 25 Unit
-Siteba 74 Unit
-Kayu Kalek 450 unit
-Ampang 5 Unit
-By Pass 15 unit
Wa 085319099248
Jual Rumah Kota Padang
Dengan 2 pilihan desain eksklusif
Termurah Sekota Padang
Harga 360 juta
Tipe 60/150 M2
Lokasi: Per PGRI belimbing-Padang
Wa 085319099248
Rumah 1 |
Rumah 2 |
----------------------------------------------------
Pesan Beras Siap Antar-Padang
Wa :082385441899
Bisa juga Daftar Jadi Agen!