Skip to main content

Dalih

Dalih namanya. Ia merajut asa yang tidak sekedar asa biasa. Membangun perjuangan di balik kerasnya kehidupan. Tak bisa ia pilih kehendak, dimana hal serupa tidak terjadi pada segelintiran anak-anak negeri lainnya. Ia siap hidup di alam samudera, ketika orang-orang lebih memilih daratan, di dalam meniti karir.

Sang Ayah menyarankan ia belajar agama di Pasantren Buya Hamka, dengan maksud kelak bisa menjadi seorang ulama besar. Sementara Ibunya memberi masukan untuk memilih sekolah pelayaran, agar suatu saat bisa menjadi seorang angkatan laut.

Harap nasib keluarga bisa berubah, ia mantapkan diri untuk memilih sekolah pelayaran. Tapi bukan untuk tujuan menjadi seorang angkatan laut, melainkan menjadi seorang pelaut yang bisa berlayar keluar negeri, mengumpulkan pundi-pundi uang untuk keluarga.

Ia jalani hari-hari di balik kerasnya almamater yang ia kenakan. Semua asa yang diinginkan tidak semulus yang ia bayangkan. Perjuangan yang rumit, perjalanan bak menempuh kerikil tajam. Banyak hadangan yang harus ia lalui, sebelum sampai pada tujuan akhir. Sebagian teman-temannya memilih jalan mundur sebelum waktunya. Hadangan itu tidak lain dan tidak bukan adalah “tangan besi seniornya”, sementara ia harus berpikir bisa.

Hingga doa Ibu mengantarkan Dalih berlayar ke Negeri Sakura, dan bertemu perempuan cantik bernama Haruka.

Sosok yang mampu membawa warna dalam perjalanan hidupnya. Tapi cinta yang terbangun terpaut rasa dilema. Orang tua tidak menyetujui kehadiran Haruka, dikarenakan pertikaian adat dan tradisi yang terlalu jauh. Hingga terjadi perjodohan yang tidak diharapkan.

Ekonomi yang pasang surut, perjodohan berakhir dengan perpisahan. Orang-orang hanya menjadikan dirinya seumpama tanaman sawit, yang dipupuk dan dipelihara sedari kecil. Bila berbuah, dipetik dan dinikmati semua hasilnya. Tapi Jika tidak, batang sawit akan ditebang, dibuang, dan diganti dengan tanaman lainnya.



Karir telah membawanya di dua alam yang berbeda, yaitu daratan dan luasnya samudera. Sementara cinta telah ia abdikan di dua ranah yang bertikai, yaitu Negeri Sakura dan Ranah Minang. Tapi dengan siapakah pemuda itu akan berjodoh?







Popular posts from this blog

Diskusi Properti

Forum Diskusi Properti: - Pembeli properti - Pemilik Lahan atau pemilik properti - Kontraktor, Wiraswasta dan Pedagang - Pemilik Rumah Kost Atau Kontrakan - Bank / KPR  Pembeli properti sudah dipastikan ada Bank / KPR yang bisa memberikan bunga rendah, dengan informasi yang dapat dipercaya. Begitu juga dengan Bank / KPR, ingin pengaju pinjaman yang benar-benar seius. Itu juga berlaku buat si penjual / yang menyewakan properti, pemilik lahan agar dapat memasarkan produknya pada yang benar-benar serius. Di sini kita berdiskusi, semoga ada manfaat dengan menemukan jaringan yang tepat.

6 Alasan Yang Membuat Anak SUPM Layak Jadi Pemimpin

Secara konstitusional maupun nonkonstitusional,  politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan. Tak sedikit di antara mereka yang haus akan kekuasaan, berlomba-lomba untuk bisa jadi pemimpin. Tak peduli asalnya dari mana, tak penting latar belakangnya apa. Karena syarat jadi calon penguasa tidak pernah mempertanyakan asalnya dari mana? Kuliah lulusan apa? Atau wawasannya apa saja? Yang penting bisa jadi penguasa, apapun caranya itu. 'Ehem.' Bermacam sudut pandang mengatakan, bahwa untuk jadi seorang pemimpin tentunya diperlukan wawasan yang luas, ulet, kompeten, bertanggung jawab, plus dukungan penuh oleh orang-orang yang akan dipimpin.  Itu bukanlah perkara yang mudah. Banyak terjadi di dunia perpolitikan, pemimpin-pemimpin yang hadir, jauh dari apa yang kita harapkan, seringkali kacang lupa dengan kulitnya. Berbeda jauh dengan anak-anak SUPM, yang tetap ingat dan mengayomi bawahannya, meski jarak umur berpuluh tahun sekalipun. Ya sudahlah! Dunia p...

Dua Ranah - Perdebatan Kedua Orang Tua

Sudah jadi kebiasaan Ayah menasehati aku dan adik-adik di setiap makan malam bersama. Bermacam wejangan kami dengar ketika kami sedang menyuap nasi. Dari aturan makan yang tidak boleh sebutir nasi pun kececer ke meja makan, nasi dan lauk yang tidak boleh bersisa di piring sedikitpun juga. Sampai ke pembahasan tata karma dengan petatah petitih Ranah Minang.  Sering Ayah membahas kato mandaki, kato malereng, kato mandata, dan kato manurun kepada kami.  Empat pribahasa adat dengan kearifan Ranah Minang.  Empat nasehat tua yang ditujukan agar kami bisa menempatkan tutur bahasa ke orang-orang sekitar kampung. Walau tidak sepenuhnya bisa kami fahami, setiap perkataan Ayah harus kami dengarkan dengan baik.   Mendengar nasehat Ayah yang begitu panjang lebar, masakan Mak seakan-akan tidak enak lagi saat dikunyah. Terkadang apa yang disampaikan hanya bisa masuk ke teli...