Cinta, ia tidak terlihat. Tapi varian warna-warni indah hadir ke sekeliling jiwa. Ia tidak akan pernah bisa terlihat, hanya bisa dirasakan. Bila ia datang menghampiri, tak seorang pun sanggup mengukur seberapa besar anugerah cintamu akan lahir. Ia mampu memupuk lunglaimu jadi gelora, mampu membuatmu berimajinasi lebih tinggi.
Cinta, kamu akan gelisah karenanya. Seberapa besar gelisah hatimu untuk dia? Hanya kamu lah yang bisa menceritakannya.
Cinta, bila ia tumbuh, pupuklah ia agar semakin tumbuh dalam hatimu yang basah. Jangan biarkan mengering, layu, dan hilang lantaran harapannya terikut hilang.
Cinta, bila ia sebuah anugerah, jangan lah kamu nodai dengan berulah dan buruk tingkah, karena kebencian dan hina akan datang untuk merobah.
Saat matamu menatap ingin, tanyakan dulu pada perasaanmu yang tidak bisa berbohong. Hingga bibirmu berkata benar, "Bahwa untaian katamu sesuai dengan kata hatimu". Curahkan semua itu ke hadapannya, wahai kaum Adam!
Tak akan ia mengerti, jika engkau diam dalam keinginan. Tak melulu ia faham, jika hanya dengan gelagat saja. Cinta bukanlah untuk diangan-angankan. Melainkan untuk diabadikan.
Ketika ia menanti dalam pengharapan, meratap menahan diri. Jiwanya lemah dalam kegelisahan, segeralah datang untuk kamu halalkan, karena itu lebih mahal dibandingkan tumpukan permata.
Ketika sudah lama ia berjalan dalam kesendirian. Bertemankan sebuah pengharapan, lantaran menunggu engkau belum datang juga. Tertatih melangkah dalam senyap kesepian. Jadilah engkau mentarinya, bukan sekedar cahaya malam yang tidak tahu arah. Jadikanlah ia tulang rusukmu, bukan tulang punggungmu, wahai kaum Adam.
Jika hatimu bersungguh, jemputlah ia segera!
.
.
![]() |
Ql Lusiana |
Cinta, kamu akan gelisah karenanya. Seberapa besar gelisah hatimu untuk dia? Hanya kamu lah yang bisa menceritakannya.
Cinta, bila ia tumbuh, pupuklah ia agar semakin tumbuh dalam hatimu yang basah. Jangan biarkan mengering, layu, dan hilang lantaran harapannya terikut hilang.
Cinta, bila ia sebuah anugerah, jangan lah kamu nodai dengan berulah dan buruk tingkah, karena kebencian dan hina akan datang untuk merobah.
Saat matamu menatap ingin, tanyakan dulu pada perasaanmu yang tidak bisa berbohong. Hingga bibirmu berkata benar, "Bahwa untaian katamu sesuai dengan kata hatimu". Curahkan semua itu ke hadapannya, wahai kaum Adam!
Tak akan ia mengerti, jika engkau diam dalam keinginan. Tak melulu ia faham, jika hanya dengan gelagat saja. Cinta bukanlah untuk diangan-angankan. Melainkan untuk diabadikan.
Ketika ia menanti dalam pengharapan, meratap menahan diri. Jiwanya lemah dalam kegelisahan, segeralah datang untuk kamu halalkan, karena itu lebih mahal dibandingkan tumpukan permata.
Ketika sudah lama ia berjalan dalam kesendirian. Bertemankan sebuah pengharapan, lantaran menunggu engkau belum datang juga. Tertatih melangkah dalam senyap kesepian. Jadilah engkau mentarinya, bukan sekedar cahaya malam yang tidak tahu arah. Jadikanlah ia tulang rusukmu, bukan tulang punggungmu, wahai kaum Adam.
Jika hatimu bersungguh, jemputlah ia segera!
.
.