Skip to main content

Ketika Si Biang Keladi Ingin Punya Prestasi





Dijual Rumah
dengan disain eksklusif
Sisa 2 unit Inden

360 Juta
Tipe 60/150
Lokasi Per. Belimbing Padang
Wa 085319099248
---------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------

Ke manapun dia pergi, sebatang rokok Sampoerna tidak lupa menemani isi dalam dompetnya. Sautan "Game Over" hingga melekat ke badan karena tidak bisa meninggalkan permainan game yang mencandukan itu.

Sepadan dengan namanya Azmaliar, si biang keladi anak liar, permainan video game, seakan-akan telah mendarah daging ke seluruh tubuhnya.

Berpindah sekolah dari SMP Negeri 1 Tanjung Mutiara ke SMP Negeri 2, permainan video game masih saja mengiang dalam pikirannya. Layar video game bertuliskan "Game Over" telah menjadi makanan sehari-hari, saat siswa-siswa lain tengah disibukan mengikuti jam pelajaran kelas. Dan dia tidak akan berhenti bermain sebelum melihat tulisan itu.

Tak peduli kantong celana menganga lebar karena runcingnya siku dompet yang dia bawa. Dia berjalan menuju sekolah dalam kondisi mata mengantuk berat, sambil menyelipkan dua buku tulis ke celana bagian belakang.

Semua teman-temannya sudah mulai memasuki gerbang sekolah petanda jam pelajaran pertama sudah dekat. Si Biang Keladi pergi ke warung Mak Ijas mencari anak korek api untuk membakar sebatang rokok yang ada di dalam dompet tadi.

Roma, teman sesama bolos dari jam belajar sekolah melambaikan tangan dari persimpangan jalan. Baju seragam keluar dari celananya. Roma menguntil Efri dan Riza yang sedang jalan berdampingan karena urusan PDKT.

'Bro, sudah game overkah?' Tanya Roma.

'Masih separoh, Bro!'

Mereka menghisap sebatang rokok satu berdua sambil membahas permainan video game kemaren sore. Asap rokok menari-nari ke muka Doro yang sedang melahapi ketupat sayur Mak Ijas bercampur bakwan. Tak puas dengan hanya menghisap setengah batang rokok saja, Roma mendekat ke arah Doro.

'Oi, Bro. Sampurna lo, ada gak?'

'Ga ada ... adanya panama, mau?' kata Doro.

'Ogah gua ngisap rokok Bapak, lo.'

'Yaa, udah.'

Bel pelajaran pertama telah terdengar mengaung seperti bunyi mobil ambulance. Siswa-siswa berlarian pontang-panting masuk ke ruang kelas masing-masing. Riza memasuki ruang kelas dengan rambut diikat terurai panjang, disusul Efri jalan dari belakang.

'Cie, cieeeeee.'

Upik Dampam, si selebriti kelas tidak peduli dengan sorakan teman-temannya untuk Efri dan Riza. Dia sibuk berkaca sambil menyisir rambut pirang penuh kutu di pojok kelas seorang diri. Kadangkala bersenandung sambil menyanyikan lagu dangdut Rita Sugiarto judul "Tersisih".

"Cantik memang aku akui
usia muda pun dia miliki
lain dengan diriku ini
yang telah lama engkau gauli

Lalalalalalaaaaaaa"

Si Upik Dampam sok cantik seorang diri. Lagu tersisih sangat pantas dia senandungkan, karena memang selalu tersisih dari teman-teman satu kelasnya. Itu terlihat dari Dewi yang lebih memilih Wati untuk dijadikan teman mengobrol. Mereka berdua bisik-bisikan menggunjing Susi yang sedang menulis-nulis surat cinta di meja belakang. Entah untuk siapa surat cinta yang Susi tulis itu, hanya dia yang lebih tahu.

Sementara Anis melangkah maju membersihan papan tulis yang ada coretan "Riza love Efri" di pojok kiri atas papan tulis.

Tak ada yang tahu, ulah Efri dengan sengaja menulis itu seorang diri. Efri sangat ingin teman-temannya menertawakan mereka bedua, agar Riza tersipu malu-malu. Efri berharap bisa segera jadian dengan Riza anak metropolitan yang baru pindah itu. Bila teman-teman sekelas sudah mulai menertawakan mereka, itu dianggap sebuah jalan pintas untuk memuluskan cinta monyet pada jamannya.

'Cie, cieee. Rizaaaa?'

Riza malu-malu kucing sambil melihat ke muka Efri. Tapi Efri berlagak tidak tahu siapa yang menulis namanya di papan tulis.

Arif, ketua osis menginstruksikan agar tidak terlalu berisik di ruang kelas. Tapi Idman Badi malah main tendang-tendangan dengan Meldy di atas meja belajar.

'Oi, Badi. Bu Emi mau masuk.'

'Apaan, Manado? Manang tampang doang, lo.'

Idman tidak terima nama bapaknya disebut-sebut. Dia terus main tendang-tendangan di meja belajar kosong yang belum di duduki penghuninya.

Tidak lama, Bu Emi  masuk ke ruang kelas membawa tumpukan buku latihan siswa minggu lalu. Azmaliar, si Biang Keladi dan Roma belum juga menampakan batang hidung ke ruang kelas. Absensi siswa mulai di cek satu persatu. Pelajaran Bahasa Inggris pun akan dimulai oleh Bu Emi. 

'Roma sama Azmaliar mana?' Tanya Bu Emi.

'Sudah gem over, Buuuuuuu,' Jawab siswa-siswi.

Tiba-tiba Roma dan Azmaliar tampak berlarian dari arah belakang menuju ruang kelas. Mereka seperti dikejar kepala sekolah yang sedang membawa parang penebas batang pisang. Memang hari-hari kepala sekolah dihabiskan dengan menjaga kebun dan taman milik sekolah.

'Bu, Bu, Bu. Absen saya Bu?' Kata Azmaliar

'Saya juga, Bu', kata Roma.'

'Gem Over,' jawab Bu Emi singkat.

Mereka berdua dipersilakan meninggalkan ruang kelas. Lalu, pergi ke lapangan bola yang sedang diisi jam pelajaran olah raga kelas lain. Mereka berdua ikut nimbrung dalam permainan itu.

Memasuki jam pelajaran kedua akan dimulai, Roma merebahkan tubuhnya pada lapangan beralaskan rumput detengah basah. Sudah dua minggu berturut-turut dia tidak mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris Bu Emi. Dan sejak hari itu pula, Bu Emi benar-benar memberi peringatan keras tidak akan memberi nilai bagus.

Jam sudah menujukan pukul 09.00 waktu indonesia Barat. Azmaliar mengambil buku pelajaran yang dia tarok di bawah pohon kelapa.

'Tumben lo cepat pergi? Kenapa? Kangen lo sama Riza?' ucap Roma yang masih tiduran di lapangan.

'Lo, gak ke kelas?' Azmalir mengabaikan pertanyaan Roma.

'Ntr aja. Yang ngajar Bu Nagarti. Malas gua liat mulut ember Bu Nagarti. Gua ga bikin tugas, nama Bapak gua di bawa-bawa. Lo kangen sama Riza, ngapain buru-buru masuk kelas?' Roma masih pertanyakan hal sama untuk mencegah Azmaliar masuk kelas.

'Kampret. Si Riza udah jadian sama si Efri. Ayolah ke kelas,' kata Azmaliar sambil menepuk kepala Roma dengan buku tulis di tangannya.

Roma menghembuskan nafasnya berat.

'Si Upik Dampam, selebriti kelas lagi nganggur, tu,' sambung Roma.

'Malas gua, banyak kutunya. Kayak ga ada pilihan lain aja. Dia naksir sama si Doro, tapi Doro naksirnya sama si Ema. Tu anak ga ada kapok-kapoknya, ya. Udah ditendang Doro pake kaki, masih aja ganggu si Doro,' kata Azmaliar sambil meninggalkan Roma, dan 'Ayolaaah', kata Azmaliar yang berlalu pergi.

Singgah sebentar di warung Mak Ijas, Azmaliar pesan segelas air putih yang dicampurkan batu es dingin. Roma ke talase rokok Mak Ijas mencari getengan Sampoerna.

Mereka berdua mendapat hukuman tidak diperbolehkan masuk ke kelas Bu Emi. Mereka hanya diizinkan masuk, hanya jika sudah selesai mengerjakan tugas-tugas yang sudahi diberikan.

Roma terlalu sibuk dengan jam tangan yang sudah mati. Urusan belajar fisika dan killernya Bu Nagarti tidak begitu terpikirkan, hingga tidak begitu dihiraukan kemarahan Bu Nagarti di pertemuan berikutnya.

Azmaliar juga terlalu asyik dengan asap rokok yang ditiup bulat-bulat terbang ke atas langit-langit warung Mak Ijas. Roma tidak perlu lagi mencari akal untuk mengajak Azmaliar agar tidak masuk ke dalam kelas. Mereka sibuk dengan benda pegangan masing-masing, hingga jam pelajaran fisika juga berlalu begitu saja.

Bel petanda jam istirahat sudah terdengar dari warung Mak Ijas. Siswa-siswi berlarian keluar menuju warung langganan demi mengganjal perut yang sudah tiga jam terasa keroncongan.

Riza dan Upik Dampam, si selebriti kelas melintasi mereka yang sedang duduk melahap nikmatnya ketupat sayur Mak Ijas. Roma teriak menyapa mereka yang jalan kaki dengan pantat yang memiyuh ke kiri dan ke kanan.

'Rizaaaa. Mau ngambil kelapa di mana?' Tanya Roma.

'Kelapa? Maksudnya?' Tanya Riza.

'Iya manjat kelapa. Yang satu tuan monyet, yang satu lagi tu tu monyetnya,' kata Roma dengan memonyongkan mulutnya ke muka Upik Dampam.

'Setan, lo. Awas lo masuk kelas. Gua potong burung, lo,' Kata Upik Dampam, dan Roma ketawa dengan terkekeh, tidak lupa menunggingkan pantatnya ke arah Upik Dampam seperti monyet menunggingkan pantatnya ke orang-orang.




Namun ada yang berbeda, Azmaliar bersikap tidak seperti biasanya di warung ketupat Mak Ijas. Dia seperti tidak ingin terlibat dalam canda tawa Roma terhadap Upik Dampam. Ujian Nasional menuju SMU sudah dalam hitungan minggu. Dia berpikir semua akan semakin sulit apabila tidak merubah kebiasan buruk yang selalu keluar kelas. 

Dia berdiri sambil menyandarkan punggung ke tiang teras warung Mak Ijas. Menatap kosong pada siswa-siswi yang berjalan simpang siur di luar sana. Pikirannya menerawang jauh pada kejadian beberapa waktu yang lalu. Dia teringat ulah silam yang harus pindah sekolah karena kecanduan bermain video game.

Bukannya dia tak ingin menjadi yang terbaik di sisi keluarganya. Dia hanya tidak tahu bagaimana merubah lingkungan yang sering kali membuat dia terjebak terlalu jauh. Sebenarnya keinginan untuk meraih prestasi di masa depan selalu ada di dalam benaknya.

Dua tahun berpindah ke bangku SMP Negeri 2 Tanjung Mutiara, cita-cita untuk jadi seorang polisi, sangat ingin dia wujudkan.

Bagaimanakah perjalanan, dia?


Doni Romiza

---------------------------------------

Dijual Rumah
dengan disain eksklusif
Sisa 2 Unit Inden

360 Juta
Tipe 60/150
Lokasi Per. Belimbing Padang

Wa 085319099248











PINJAMAN UNTUK USAHA
KURS BRI UNIT PADANG 

Bebas Biaya Administrasi!
Keterangan Hub: VANNY 082389546061





Rumah Dijual



Turun Harga lagi 🙌
Dari 470jt menjadi 430jt (Nego Tipis)

🏡1 Unit Rumah type 70/195 di Darma Panda, kel. Koto lalang, lubuk kilangan

Spesifikasi :
- Luas Bangunan 70m2
- Luas Tanah 195 m2
- Kamar Tidur 3
- Kamar Mandi 2
- Pondasi Bertingkat
- Listrik Token
- Air PDAM dan Sumur
- Lantai Keramik

💰Harga : 430jt (Nego Tipis)

Keunggulan :
* Kelebihan tanah berlioat ganda
* Akses Jalan Cor Beton
* Zona Hijau Kota Padang
* Lingkungan Asri dan Nyaman
* Fasilitas Umum maupun sosial lengkap disekitaran
* Bonus Pagar

Minat? info lebih lanjut hubungi :
Minang Property Agent
Call/ Whatsapp : 082383228609
                            

Popular posts from this blog

Rotan Itu Hanya Melengkung, Bukan Patah! |Adosinfo

By: DR Taktik dan siasat tidak hanya berlaku dalam politik. Tapi juga dalam hal lainnya, termasuk dalam dunia usaha, yang menggunakan bermacam cara untuk mencari keuntungan lebih. Itu hal positif selama dilakukan dengan cara yang positif pula. Tapi apa jadinya jika siasat itu dilakukan dengan cara yang tidak transfaran, penuh kecurangan. Mungkin gelagat pecundang bisa tak terlihat saat kebohongan ia lakukan. Nyalinya tak gemetaran ketika ada sesuatu hal yang diperdebatkan. Tapi bagi seorang pemenang, harus mampu membaca arah siasat buruk itu, untuk menyiapkan siasat lainnya, agar tidak merasa dirugikan. Tak perlu berargumen panjang lebar untuk menguji sebuah kebenaran. Tak perlu menggunakan kedua tangan untuk meruntuhkan kokohnya sebuah komitmen, selama hal itu masih berlaku untuk hal-hal yang positif. Satu hal yang perlu difahami: Rotan itu hanya melengkung, bukan patah!! Hanya kelapukkan yang bisa mematahkan rotan. Tunggulah rotan itu lapuk pada waktunya.

Hiduplah Seperti Kereta Berjalan | Adosinfo

Hidup akan terus berjalan, tapi banyak hal yang perlu kita ketahui bagaimana mestinya menjalani hidup semestinya? Karena yang namanya hidup tidak lepas dari ujian ataupun cobaan. Walau adakalanya hidup menerima puja dan pujian, hidup tidak lepas dari caci dan hinaan. Bergantung atas apa yang telah kita perbuat di muka bumi ini, dan bergantung bagaimana sudut pandang orang-orang yang menilai kita.  Ya… begitulah hidup, tidak semua keinginan mampu kita wujudkan, lantaran hidup ini akan ada liku dan jalan terjal. Hidup butuh inspirasi dan motivasi untuk meraih sesuatu. Tapi hidup ini terlalu terbalut angan bila hanya terinspirasi oleh kisah kesuksesan seseorang, atau termotivasi oleh omongan seseorang yang memang ahlinya sebagai motivator ulung, yang mampu merangkai kata demi kata. Kita mesti bijak menyikapi sebuah inspirasi dan motivasi. Karena cerita orang sukses akan tetap jadi cerita yang menggiurkan, bila memang mereka mampu meraih kesuksesan dalam hidup mereka. Tapi bila mere

6 Alasan Yang Membuat Anak SUPM Layak Jadi Pemimpin

Secara konstitusional maupun nonkonstitusional,  politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan. Tak sedikit di antara mereka yang haus akan kekuasaan, berlomba-lomba untuk bisa jadi pemimpin. Tak peduli asalnya dari mana, tak penting latar belakangnya apa. Karena syarat jadi calon penguasa tidak pernah mempertanyakan asalnya dari mana? Kuliah lulusan apa? Atau wawasannya apa saja? Yang penting bisa jadi penguasa, apapun caranya itu. 'Ehem.' Bermacam sudut pandang mengatakan, bahwa untuk jadi seorang pemimpin tentunya diperlukan wawasan yang luas, ulet, kompeten, bertanggung jawab, plus dukungan penuh oleh orang-orang yang akan dipimpin.  Itu bukanlah perkara yang mudah. Banyak terjadi di dunia perpolitikan, pemimpin-pemimpin yang hadir, jauh dari apa yang kita harapkan, seringkali kacang lupa dengan kulitnya. Berbeda jauh dengan anak-anak SUPM, yang tetap ingat dan mengayomi bawahannya, meski jarak umur berpuluh tahun sekalipun. Ya sudahlah! Dunia po