Skip to main content

Bino Si Korban Banjir

Aku Bino, nama yang sederhana. Tapi gak perlu dibesar-besarkan, meski aku lahir dan besar di Kota Pekanbaru



Aku hanya mau berbagi kisah pada kalian tentang hidup yang penuh pilu, sedih, menderita terlunta-lunta di jalanan.

Aku gak tau Bapakku siapa. Yang aku tau, aku dibesarkan oleh Ibu yang sangat sayang sama aku. Saudara kembarku ada empat. Aku lupa nama saudara-saudara kembarku. Abis waktu kami lahir, Ibu gak pernah ngurus akta kelahiran kami ke Kantor Kelurahan.

Aku tinggal di pinggir Pasar Pagi Arengka. Karena gak ada Bapak yang membesarkan kami, terpaksalah Ibu yang banting tulang mencari makan untuk hidup kami. Ibu sering mengajak kami mengemis makanan ke warung-warung Nasi Padang, sambil menunggu ada orang yang mau berbaik hati memberi kami sisa makanannya.

Banyak orang-orang merasa kasihan terhadap kami. Tapi gak sedikit juga yang mengusir kami dari rumah makan itu, menendang kami ke pinggir jalan, hingga kami berpindah lagi ke rumah makan yang lainnya. Jika ada orang berbaik hati memberi kami sisa makanannya, kami melahapnya rame-rame. Dapat makan atau gak, sore hari kami kembali pulang ke pinggir Pasar Pagi Arengka

Gak ada kenyamanan tinggal di jalanan kota. Terkadang Ibu merasa letih menyusui kami berlima. Sementara Ibu kesusahan mencari makan untuk hidup kami.

Aku sangat bangga sama Ibu. Meski kesusahan mencari makan untuk kami, Ibu masih kuat dengan imannya. Ibu gak pernah melacur seperti orang-orang itu. Aku lihat di tivi-tivi banyak orang-orang jadi pelacur di tempat hiburan, dengan alasan susah cari kerjaanlah, terpaksalah, ada juga yang bilang pengin cepet kaya, duitnya banyak. Tapi Pak Satpol PP diam aja. Sibuk ngurusin orang-orang jualan di Pasar Pagi. Bagiku jadi pengemis lebih baik daripada jadi seorang pelacur.

‘Bener, gak? Bener, dooong!’

Sampai aku berumur dua bulan, hampir gak ada perubahan pada nasib kami. Kami tetap terlunta-lunta hidup di pinggir jalan. Jika boleh memilih, aku gak ingin hidup seperti itu.

Aku mau nangis melanjutkan tulisan ini, tapi mau gimana lagi, kalian ciptaan Tuhan yang sempurna mesti tau kisahku ini.

Aku mau tanya, Apa yang kalian rasakan jika terpisah dengan saudara kalian pada umur dua bulan? Apa yang kalian rasakan jika terpisah dari Ibu kalian di umur segitu?

Musim banjir tiba, adalah hari yang paling menyedihkan buat aku. Aku dan empat saudara kembarku tidur-tiduran di pelukan Ibu. Tiba-tiba banjir datang memporak-porandakan tempat istirahat kami.

Aku terpisah dari Ibu, aku kehilangan saudar-saudara kembarku. Aku dibawa arus air ke tong sampah. Di tong sampah itu aku nangis sejadi-jadinnya. Tapi orang-orang hanya melihat saja. Mereka gak mau membantuku. Bahkan ada juga calon DPR datang dekat tong sampah itu. Aku kira dia mau bantuin. Ga taunya sibuk poto-poto. Kayak Pak presiden aja. Ga tau buat apaan. Eheem

'Soooory, aku keselek tulang.'

Dua hari dua malem aku tidur di sana, makan pun di sana dari sisa makan buangan orang-orang. Aku sudah pasrah dengan keadaan. Ingat Ibu ada di mana? Ingat saudara-saudaraku ada di mana? Apa mereka masih hidup?

Entahlah.

Ketika sore tiba, ada seorang wanita menghampiriku. Wanita itu menggendongku menuju rumahnya. Aku dimandiin dalam kedinginan. Aku diberi selimut tebal, dan memberiku semangkuk nasi dan ikan rebus. Aku bener-bener berterima kasih sama wanita itu. Tapi aku gak tau bagaimana caranya berterima kasih.

Si wanita itu meminta aku memanggilnya Uni QL. Aku bingung, QL itu artinya apa? Dia sendiri juga ga tau. Aneh juga Uni QL itu.

Malem-malem aku tidur kedinginan di di rumah Uni QL. Gak tau kenapa, kok bisa sedingin itu? Padahal di luar rumah Uni QL gak dingin-dingin banget.

Paginya waktu Uni QL bangun, dia memanggil aku “Bino”. Sejak itu, jadilah namaku Bino. Bagiku apalah artinya sebuah nama? Yang penting bisa makan enak.

‘Bener, gak? Bener dooong!’

Baru sebentar Uni QL bangun, dia pergi entah ke mana? Aku ditinggal sendirian di rumah. Aku jadi kesepian. Eh, pas pulang Uni QL bawa makanan bulet-bulet gitu. Aku gak tau nama makanannya apa? Aku gak bisa baca. Yang penting bisa makan enak.

‘Bener, gak? Bener dooong!’

Aku pikir cuma saat itu aja merasa kesepian. gak taunya tiap hari Uni QL pergi ninggalin aku. Katanya sih, pergi nemanin hubby. Aku gak tau nemanin ke mana? Aku lihat di facebook dia cuma pergi poto-poto doang. Sok cantik pula Uni QL itu.

Sebelum mereka pergi,  Uni QL selalu cipika-cipiki sama aku. Dia sangat sayang sama aku. Anehnya, aku dibeliin kalung warna ping. Aku kan jantan, masa dikasih kalung warna ping?

Gak banget, deh! aku jadi malu sama kucing-kucing jalanan. Upp, aku juga kucing jalanan, ya?

Sooorrry.

Waktu Uni QL buru-buru mau pergi, dia lupa naruh pasir tempat buang beolku. Siang-siang aku mau beol bingung mau buang ke mana? Ya… aku keluairin aja di tempat tidur dia.

Pas waktu pulang, Uni QL marah-marahin aku, ‘Kenapa beol di kasur? Apa gak ada tempat lain?’ Aku bingung mau jawab apa? Aku kan gak bisa ngomong.

Aku minta maaf sama Uni QL. Aku deketin dia lagi main leptop di depan tivi. Aku tidur-tiduran di leptop dia. Aku dilihatin gambar burung-burung terbang. Lalu aku jilatin pipi Uni QL. Dia gak tau, tadinya abis beol aku jilatin pantatku pakai lidah. Ihik ihik ihik... makanya jangan marah-marah terus, yang salahkan dia, kenapa aku yang dimarahin?

Memasuki umur empat bulan, aku selalu sendirian di rumah Uni QL. Tiap pagi dia pergi terus, pulangnya selalu malem-malem. Tiap pulang, aku digendong-gendong ke atas kepalanya, terus berdiri di depan kaca. Aku jadi kaget… ada kucing lain mirip aku di dalam kaca. Aku cakar kucing itu, Uni QL malah ketawain aku.

Dia bilang, aku bego.

Padahal dia sendiri yang bego. Udah jelas-jelas aku lihat sendiri ada kucing lain mirip aku di depan kaca.

Nah, hari minggu sore aku senang... sekali. Uni QL bilang cari sesuatu keluar rumah. Terus pergi jalan-jalan ke mall. Aku disuruh jagain rumah. Uni QL janji mau kasih hadiah buat aku.

Ternyata bener... sewaktu balik ke rumah, Uni QL bawa kardus indomi. Aku kira mereka mau tuker makananku dengan indomi. Aku kan gak makan indomi. Waktu aku cium-cium kardus indominya, tiba-tiba loncat mahkluk aneh berwarna putih. Rupanya makhluk aneh itu kucing juga. Kucing itu bulunya panjang, ekornya montok, keren gitu, deh.

Uni QL bilang, ‘Nah, sekarang kamu ada teman, Bino. Namanya Bule.’

Aku seneng sih, seneng. Tapi Uni QL itu, lho… suka banding-bandingin aku sama si Bule. Dia bilang, ‘Si Bule lebih cakep, ekornya panjang, gak kayak si Bino punya ekor cuma dua senti.’

Sakiiiiitnya tu di sini, di dalam hatiku. Lah, kenapa jadi lagu Cita Citata, ya? Mang.. tu orang jadi artis terkenal juga, ya? Syukur, deh, kalau gitu!

Sekarang aku gak kesepian lagi. Karena ada Bule nemanin aku waktu Uni QL pergi.

Si Bule sih cakep iya, tapi agak songong gitu. Aku tidur tengkurap, si bule songong itu suka tidur ngangkang seenaknya. Udah kayak bos juragan jengkol aja.

HALLOOWH.. gak sopan, deh. Aku kan senior di rumah Uni QL.

Udah dulu ya, ciptaan Tuhan yang sempurna. Tanganku capek ngetik, nih. Nanti aku lanjutin lagi cerita tentang pacarku si Mona. Aku udah punya pacar, lho. Aku kan udah gede. Meski aku kucing jalanan, aku gak kalah hebat dapetin pacar dibandingin si Bule itu. Si Mona lebih seneng sama aku. Aku udah bobok berduaan sama si Mona. Tapi Uni QL sama si Bule, suka ngintip-ngintip gitu. Kepo, deh. Ganggu kesenangan aku aja.

Aku tutup dulu leptopnya, ya. aku mau bobok siang. Bentar lagi Uni QL mau pulang. Nanti dia marah-marah leptopnya aku pake.

Da daaaaa da...



Popular posts from this blog

Rotan Itu Hanya Melengkung, Bukan Patah! |Adosinfo

By: DR Taktik dan siasat tidak hanya berlaku dalam politik. Tapi juga dalam hal lainnya, termasuk dalam dunia usaha, yang menggunakan bermacam cara untuk mencari keuntungan lebih. Itu hal positif selama dilakukan dengan cara yang positif pula. Tapi apa jadinya jika siasat itu dilakukan dengan cara yang tidak transfaran, penuh kecurangan. Mungkin gelagat pecundang bisa tak terlihat saat kebohongan ia lakukan. Nyalinya tak gemetaran ketika ada sesuatu hal yang diperdebatkan. Tapi bagi seorang pemenang, harus mampu membaca arah siasat buruk itu, untuk menyiapkan siasat lainnya, agar tidak merasa dirugikan. Tak perlu berargumen panjang lebar untuk menguji sebuah kebenaran. Tak perlu menggunakan kedua tangan untuk meruntuhkan kokohnya sebuah komitmen, selama hal itu masih berlaku untuk hal-hal yang positif. Satu hal yang perlu difahami: Rotan itu hanya melengkung, bukan patah!! Hanya kelapukkan yang bisa mematahkan rotan. Tunggulah rotan itu lapuk pada waktunya.

Hiduplah Seperti Kereta Berjalan | Adosinfo

Hidup akan terus berjalan, tapi banyak hal yang perlu kita ketahui bagaimana mestinya menjalani hidup semestinya? Karena yang namanya hidup tidak lepas dari ujian ataupun cobaan. Walau adakalanya hidup menerima puja dan pujian, hidup tidak lepas dari caci dan hinaan. Bergantung atas apa yang telah kita perbuat di muka bumi ini, dan bergantung bagaimana sudut pandang orang-orang yang menilai kita.  Ya… begitulah hidup, tidak semua keinginan mampu kita wujudkan, lantaran hidup ini akan ada liku dan jalan terjal. Hidup butuh inspirasi dan motivasi untuk meraih sesuatu. Tapi hidup ini terlalu terbalut angan bila hanya terinspirasi oleh kisah kesuksesan seseorang, atau termotivasi oleh omongan seseorang yang memang ahlinya sebagai motivator ulung, yang mampu merangkai kata demi kata. Kita mesti bijak menyikapi sebuah inspirasi dan motivasi. Karena cerita orang sukses akan tetap jadi cerita yang menggiurkan, bila memang mereka mampu meraih kesuksesan dalam hidup mereka. Tapi bila mere

6 Alasan Yang Membuat Anak SUPM Layak Jadi Pemimpin

Secara konstitusional maupun nonkonstitusional,  politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan. Tak sedikit di antara mereka yang haus akan kekuasaan, berlomba-lomba untuk bisa jadi pemimpin. Tak peduli asalnya dari mana, tak penting latar belakangnya apa. Karena syarat jadi calon penguasa tidak pernah mempertanyakan asalnya dari mana? Kuliah lulusan apa? Atau wawasannya apa saja? Yang penting bisa jadi penguasa, apapun caranya itu. 'Ehem.' Bermacam sudut pandang mengatakan, bahwa untuk jadi seorang pemimpin tentunya diperlukan wawasan yang luas, ulet, kompeten, bertanggung jawab, plus dukungan penuh oleh orang-orang yang akan dipimpin.  Itu bukanlah perkara yang mudah. Banyak terjadi di dunia perpolitikan, pemimpin-pemimpin yang hadir, jauh dari apa yang kita harapkan, seringkali kacang lupa dengan kulitnya. Berbeda jauh dengan anak-anak SUPM, yang tetap ingat dan mengayomi bawahannya, meski jarak umur berpuluh tahun sekalipun. Ya sudahlah! Dunia po