Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2019

Jika Ingin Petik Buahnya, Maka Pagarilah Batangnya| Adosinfo

Perasaan yang dulu hanya sebatas rasa kagum semata, berganti dengan perasaan lain, dimana aku sendiri tidak sanggup untuk mengatakan, apa yang disebut dengan CINTA. Urusan hati, bukannya tidak tertarik berlaku seperti teman-teman yang lain. Hanya saja tidak sefaham jika hubungan diawali dengan terpaksa, apalagi sebatas coba-coba. Cinta harus berada pada kodratnya: mengalir bagaikan air dari pegunungan, menyisir sukma seperti udara menerbangkan lara, tumbuh bagaikan benih di musim semi, mekar seperti bunga di jambangan, hingga melahirkan sebuah kekuatan dari Rabb Yang Maha Suci, yakni kemurnian cinta nan sejati. Cinta bukanlah sekedar penghias kekosongan hati, melainkan cambuk bagi hati yang terasa kosong. Cinta adalah sebuah kekuatan yang mampu mengolah kayu menjadi kertas, melebur besi menjadi pedang,' itu kata Sang Pujangga. Namun bagiku, ‘Cinta dalah pengabdian jiwa terhadap orang yang kita cintai. Jiwa yang membawa hikmah di setiap kali kita mengingatnya, hingga mamp

Jangan Tangisi Yang Telah Pergi| Adosinfo

Tak perlu tangisi yang telah hilang. Apalagi bertanya sesuatu yang telah pergi. Pergiku jauh... jauh sekali. Bukan membawa luka atau sekedar membalutnya saja. Bila nanti aku menemukan sebuah kedamaian, itulah ganjaran takdirku sekarang yang dulu engkau lecehkan. Ql Lusiana Ingatilah ketika aku pernah memberi. Keraguan yang selalu kau perlihatkan kepadaku, merasa hati yang tak akan bahagia bila kau paksakan mempersunting aku. Padahal engkau sendiri yang tidak menampakkan keyakinan itu. Pertikaian budaya engkau jadikan alasan untuk mengulur waktu pernikahan. Ah, pengecut Kini mengapa tiba-tiba luka yang kian kau rasakan, setelah aku pergi dan menemukan sebuah ketenangan, yang membuat aku bebas berkreasi. Ketahuilah, tak mungkin dan tak pasti mentari saat gerhana. Itulah hatiku kini yang dulu engkau sia-siakan. Jangan lagi tanyai hilang kasih mengapa? Relakanlah diriku untuk menentukan jalanku sendiri. .

Cinta?| Adosinfo

Cinta, ia tidak terlihat. Tapi varian warna-warni indah hadir ke sekeliling jiwa. Ia tidak akan pernah bisa terlihat, hanya bisa dirasakan. Bila ia datang menghampiri, tak seorang pun sanggup mengukur seberapa besar anugerah cintamu akan lahir. Ia mampu memupuk lunglaimu jadi gelora, mampu membuatmu berimajinasi lebih tinggi. Ql Lusiana Cinta, kamu akan gelisah karenanya. Seberapa besar gelisah hatimu untuk dia? Hanya kamu lah yang bisa menceritakannya. Cinta, bila ia tumbuh, pupuklah ia agar semakin tumbuh dalam hatimu yang basah. Jangan biarkan mengering, layu, dan hilang lantaran harapannya terikut hilang. Cinta, bila ia sebuah anugerah, jangan lah kamu nodai dengan berulah dan buruk tingkah, karena kebencian dan hina akan datang untuk merobah. Saat matamu menatap ingin, tanyakan dulu pada perasaanmu yang tidak bisa berbohong. Hingga bibirmu berkata benar, "Bahwa untaian katamu sesuai dengan kata hatimu". Curahkan semua itu ke hadapannya, wahai kaum Adam!

Salam Pasar Pagi Arengka| Adosinfo

Sepertinya kota itu akan dibangun sebuah panggung. Atapnya fly over dan kakinya berjejeran penjual jeruk dan buah mangga. Jalannya dihiasi spanduk partai, terlihat mentereng... dengan janji akan merubah kota ini lebih baik? Mulailah seorang dari lima penjual gantungan hp berorasi. Sepintas mirip Sosiawan Leak membacakan puisi dengan lantang, mencurahkan kekesalan hati lantaran gantungan hp yang ia jual belum laku. Teriakan itu diiringi tangisan bayi di pangkuan Ibu di atas trotoar, seperti instrumen musik duka yang sedang didengarkan. Lampu hijau yang tak diharap belum juga berubah merah. Karena hanya itulah harapan Ibu pengemis, agar ada recehan 500 perak meloncat tiba-tiba ke dalam kotaknya. Spanduk partai terpampang megah di lampu merah. Mengalahkan megahnya fly over yang masih terengah-engah. Mereka tatapi wajah calon penguasa di spanduk partai itu. Lantang teriakan suaranya, ingin nasibnya tidak seperti sekarang lagi. "Kami hanyalah ayam sayur di Pasar Pagi A

Pulang| Adosinfo

Kutatapi sekeliling rumah dan lorong sempit tempat berlari semasa kecil. Kupandangi raut wajah orang tua yang kian lama kian menua. Dari kejauhan, terlihat puncak monas menjulang tinggi, yang telah tertutupi awan hitam. Petir datang bergemuruh, pikiranku serasa mengawang entah ke mana. Kota dan keluarga harus aku tinggalkan. Aku pergi merajut asa, demi menyusul takdir ke tempat lain. Kuminta sepucuk harapan ke Tanah Melayu. Kupegang janji suci sekuat mungkin. Kokoh, bak megahnya Istana Kerajaan Siak. Indah, seindah panorama Alam Mayang. Agar Tanah Melayu bisa membawaku lebih dekat ke Ranah Minang, yang banyak hal satu iring dan satu haluan dengan Tanah Melayu, yang sedari kecil hanya aku dengar dari cerita orang tua. Terlahir di kota besar, tak akan aku melupakan tradisi yang jadi legenda. Bukan legenda anak perempuan yang tidak mendapatkan tempat di kampung halamannya. Bukan legenda anak perempuan yang diusir kaum atas dosa dan kesalahannya. Bukan legenda Si Malin Kundang yang me