Skip to main content

Jika Ingin Petik Buahnya, Maka Pagarilah Batangnya| Adosinfo




Perasaan yang dulu hanya sebatas rasa kagum semata, berganti dengan perasaan lain, dimana aku sendiri tidak sanggup untuk mengatakan, apa yang disebut dengan CINTA.

Urusan hati, bukannya tidak tertarik berlaku seperti teman-teman yang lain. Hanya saja tidak sefaham jika hubungan diawali dengan terpaksa, apalagi sebatas coba-coba.

Cinta harus berada pada kodratnya: mengalir bagaikan air dari pegunungan, menyisir sukma seperti udara menerbangkan lara, tumbuh bagaikan benih di musim semi, mekar seperti bunga di jambangan, hingga melahirkan sebuah kekuatan dari Rabb Yang Maha Suci, yakni kemurnian cinta nan sejati.

Cinta bukanlah sekedar penghias kekosongan hati, melainkan cambuk bagi hati yang terasa kosong.

Cinta adalah sebuah kekuatan yang mampu mengolah kayu menjadi kertas, melebur besi menjadi pedang,' itu kata Sang Pujangga. Namun bagiku, ‘Cinta dalah pengabdian jiwa terhadap orang yang kita cintai. Jiwa yang membawa hikmah di setiap kali kita mengingatnya, hingga mampu memupuk lunglai jadi gelora.’

Cinta adalah pengabdian jiwa menuju hal-hal yang lebih bermakna. Menghalau syahwat dalam istighfar, membakar khilaf menjadi insyaf, menuturkan kata ke dalam kalimat tauhid.

QL Lusiana & Ibu


Cintaku bak sulapan awan jadi pelangi. Karena rasa itu datang secara tiba-tiba, dan tak pernah terpikir hadirnya ke relung hati. Aku pun jadi petualang cinta sebenar cinta.

Setelah aku mengenal kedua orang tuanya, tiga minggu berturut-turut, kuhabiskan waktu liburan Minggu di rumahnya. Jika ingin petik buahnya, maka pagarilah dulu batangnya. Jika mau dekat dengan anaknya, maka dekatilah dulu keluarganya.

Minggu pertama di rumahnya, kucoba upayakan dengan tingkah dan berprilaku. Kugendong-gendong Dedek, adik laki-lakinya, agar  melihatku seperti wanita keibu-ibuan, atau calon ibu yang penyayang untuk anak-anaknya kelak. Hayalanku jadi gila, padahal bathinku belum siap untuk menikah.

Sesekali kuajak Ibunya bercanda gurau, agar terkesan calon menantu yang akur-akuran dengan calon mertuanya. Hayalanku semakin gila, padahal ia belum tentu mau menerimaku.

Minggu kedua, aku kembali ke rumahnya. Tapi ia pergi jalan dengan Nilam teman sekelasku ke Kota Bandung. Hayalan tingkat tinggi berganti dengan pahitnya GIGIT JARI.

Minggu ketiga, lagi-lagi kudatangi rumahnya. Tapi Nilam juga nongol di rumah itu.

Ia dan Nilam duduk berduaan di depan tv. Suap-suapan kacang garuda, suap-suapan roti oreo. Sementara aku dan Dedek suap-suapan bubur BALITA di kursi tamu.

Ia dan Nilam cubit-cubitan pipi, cubit-cubitan pinggang, cubit-cubitan perut, mereka larut dalam kemesraan. Sementara Aku dan Dedek cubit-cubitan puser, Dedek juga ikut tertawa dalam kegelian.

Usai cubit-cubitan, mereka main gendong-gendongan di ruang tamu. Aku juga tak mau kalah, kugendong-gendong Dedek sampai ke atas kepalaku, Dedek mengakak dalam keceriaan.

Usai gendong-gendongan, mereka saling rangkul dalam kehangatan, dan kepalaku juga tak kalah hangat ketika itu. Rasa hangat di kepalaku berpindah ke sekujur badan.

‘Eee, tak taunya, Dedek kencing di kepalaku.’

Dedek tertawa kegirangan, ia dan Nilam juga terus dalam kemesraan. Sedangkan aku seperti orang TOLOL di rumah itu.

Hingga kusadari, akan perasaannya yang tak pernah tertuju kepadaku. Sadar ketika cinta tak harus memiliki, aku mengalah demi Nilam yang lebih jadi pilihannya. Aku bertahan dengan rasa yang aku pendami, agar tidak bertukar dengan perasaan-perasaan lainnya. Perasaan yang bisa membuatku larut dalam kekalahan. Perasaan yang membuat cemburu Nilam jadi kebencian. Dan perasaan yang bisa saja merusak persahabatanku dengan Nilam. Sakit… tapi apa daya hendak dikata,

'Aku bukanlah pilihanmu'



Popular posts from this blog

Rotan Itu Hanya Melengkung, Bukan Patah! |Adosinfo

By: DR Taktik dan siasat tidak hanya berlaku dalam politik. Tapi juga dalam hal lainnya, termasuk dalam dunia usaha, yang menggunakan bermacam cara untuk mencari keuntungan lebih. Itu hal positif selama dilakukan dengan cara yang positif pula. Tapi apa jadinya jika siasat itu dilakukan dengan cara yang tidak transfaran, penuh kecurangan. Mungkin gelagat pecundang bisa tak terlihat saat kebohongan ia lakukan. Nyalinya tak gemetaran ketika ada sesuatu hal yang diperdebatkan. Tapi bagi seorang pemenang, harus mampu membaca arah siasat buruk itu, untuk menyiapkan siasat lainnya, agar tidak merasa dirugikan. Tak perlu berargumen panjang lebar untuk menguji sebuah kebenaran. Tak perlu menggunakan kedua tangan untuk meruntuhkan kokohnya sebuah komitmen, selama hal itu masih berlaku untuk hal-hal yang positif. Satu hal yang perlu difahami: Rotan itu hanya melengkung, bukan patah!! Hanya kelapukkan yang bisa mematahkan rotan. Tunggulah rotan itu lapuk pada waktunya.

Hiduplah Seperti Kereta Berjalan | Adosinfo

Hidup akan terus berjalan, tapi banyak hal yang perlu kita ketahui bagaimana mestinya menjalani hidup semestinya? Karena yang namanya hidup tidak lepas dari ujian ataupun cobaan. Walau adakalanya hidup menerima puja dan pujian, hidup tidak lepas dari caci dan hinaan. Bergantung atas apa yang telah kita perbuat di muka bumi ini, dan bergantung bagaimana sudut pandang orang-orang yang menilai kita.  Ya… begitulah hidup, tidak semua keinginan mampu kita wujudkan, lantaran hidup ini akan ada liku dan jalan terjal. Hidup butuh inspirasi dan motivasi untuk meraih sesuatu. Tapi hidup ini terlalu terbalut angan bila hanya terinspirasi oleh kisah kesuksesan seseorang, atau termotivasi oleh omongan seseorang yang memang ahlinya sebagai motivator ulung, yang mampu merangkai kata demi kata. Kita mesti bijak menyikapi sebuah inspirasi dan motivasi. Karena cerita orang sukses akan tetap jadi cerita yang menggiurkan, bila memang mereka mampu meraih kesuksesan dalam hidup mereka. Tapi bila mere

6 Alasan Yang Membuat Anak SUPM Layak Jadi Pemimpin

Secara konstitusional maupun nonkonstitusional,  politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan. Tak sedikit di antara mereka yang haus akan kekuasaan, berlomba-lomba untuk bisa jadi pemimpin. Tak peduli asalnya dari mana, tak penting latar belakangnya apa. Karena syarat jadi calon penguasa tidak pernah mempertanyakan asalnya dari mana? Kuliah lulusan apa? Atau wawasannya apa saja? Yang penting bisa jadi penguasa, apapun caranya itu. 'Ehem.' Bermacam sudut pandang mengatakan, bahwa untuk jadi seorang pemimpin tentunya diperlukan wawasan yang luas, ulet, kompeten, bertanggung jawab, plus dukungan penuh oleh orang-orang yang akan dipimpin.  Itu bukanlah perkara yang mudah. Banyak terjadi di dunia perpolitikan, pemimpin-pemimpin yang hadir, jauh dari apa yang kita harapkan, seringkali kacang lupa dengan kulitnya. Berbeda jauh dengan anak-anak SUPM, yang tetap ingat dan mengayomi bawahannya, meski jarak umur berpuluh tahun sekalipun. Ya sudahlah! Dunia po